Ini pengalaman tidak menyenangkan ketika berkunjung ke Singapura pada 9-10 Desember 2016.
Saya sudah berkali-kali pergi ke Singapura. Pertama tahun 1997, 2003, 2009, 2013 dan terakhir sebelum yang sekarang Oktober 2015. Selama ini tidak pernah ada masalah dengan imigrasi. Namun yang terjadi sekarang benar-benar sangat mengecewakan.
Perjalanan ke Johor Bahru dari Surabaya pada 8 Desember 2016. Landing di Johor Bahru sampai chek in di Imigrasi tidak ada masalah. Benar-benar negara tetangga yang baik. Seharian berada di Johor Bahru menghabiskan waktu dengan mengunjungi adik yang sudah 18 tahun tinggal disana. Dia tetap WNI menikah dengan warga negara Malaysia dan sudah memiliki putri yang sangat cantik.
Setelah seharian berada di Johor Bahru, tanggal 9 Desember 2016 kami menyeberang ke Singapura melalui Woodland. Masalah mulai terjadi. Di Counter imigrasi Singapura kami ditahan dan diperintahkan untuk menghadap di kantor imigrasi (kalau tidak salah lantai 5) untuk diintrogasi. Kepada petugas counter kami menanyakan kenapa kami harus ke kantor. Pertama petugas tidak mau menjelaskan. Setelah saya desak barulah petugas mengatakan bahwa Indonesia akan ngebom Singapura. Cerita apa ini, selama ini tidak pernah mendengar Indonesia akan ngebom.
Kami masuk kantor imigrasi di lantai 5. Ternyata disana sudah berkumpul puluhan orang yang semuanya dari Indonesia termasuk keluarga saya. HANYA WNI YANG DIINTROGASI. Sedangkan adik saya tidak terlihat disitu meskipun masih WNI. Ternyata dia tidak diminta menghadap kekantor imigrasi karena sudah berdomisili di Malaysia. Pemeriksaan terhadap WNI maskipun biasa-biasa saja tetapi sangat menjengkelkan. Seakan-akan WNI sangat tidak bermartabat disini. Pertanyaan mulai dari dari mana, tujuan bawa uang berapa sampai petugas meminta KTP dan SIM. Saya sempat bertanya ada urusan apa dengan KTP dan SIM. Mereka hanya bilang hanya pemeriksaan rutin saja, tidak ada apa-apa. OK saya menerima. Selesai introgasi menunggu sampai paspor di stempel cukup lama. Setelah selesai total waktu sejak mengantri di counter imigrasi sampai saya selesai diintrogasi butuh waktu lebih dari 3 jam. Ya, 3 jam yang sia-sia. Rencana akan melaksanakan sholat Jum'at di Litle India gagal karena pada saat jam sholat saya masih di imigrasi Woodland.
Kembali ke Johor Bahru malam harinya. Karena hari pertama di Singapura terkendala dengan imigrasi yang memakan waktu cukup lama, maka 10 Desember 2016 kami putuskan kembali ke Singapura. Rencananya akan ke Pulau Sentosa dan Orchad Road sambil berharap pemeriksaan dan introgasi pada hari sebelumnya sudah cukup.
Ternyata perkiraan saya meleset. Keluarga saya lolos pemeriksaan namun untuk laki-laki kembali menghadapi masalah seperti sebelumnya. Kali ini butuh waktu lebih lama. Sama seperti sebelumnya, pertanyaan berkisar itu-itu saja. Kembali saya tanyakan ada apa sebenarnya dengan Indonesia. Tetap saja mereka tidak memberi penjelasan. hanya pemeriksaan rutin. Keluar dari pemeriksaan imigrasi total waktu tidak kurang dari 4 jam. Karena sudah jengkel dengan Singapura maka sesampai di Stasiun MRT Kranji saya dan keluarga langsung kembali ke Johor Bahru.
Inilah benar-benar liburan ke Singapura yang sangat mengecewakan. Masihkah Singapura menjadi tetangga yang baik? Bukankan pulau Singapura bisa mengapung adalah berkat uang dari Indonesia yang dibawa kesana???
Thursday, December 29, 2016
Tuesday, July 28, 2015
Single Side Band
Ini merupakan tulisan saya di webelektronika beberapa tahun lalu. Saya posting disini.
Single Side Band kadang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia: jalur samping tunggal atau pita samping tunggal. Terjemahannya rasanya gak enak didengar terutama oleh kalangan breaker. Kita sebut saja SSB.
SSB merupakan salah satu cara modulasi sinyal audio kedalam sinyal pembawa atau radio. Cara modulasi ini berawal dari sistem amplitudo modulasi atau AM.
Modulasi (menurut saya) adalah salah satu cara mempengaruhi salah satu besaran besaran suatu sinyal. Jaman saya masih mau menuju tua dulu, dikenal ada yang namanya modulasi frekuensi, modulasi fasa dan modulasi amplitudo. Sesuai dengan namanya modulasi frekuensi merupakan upaya mempengaruhi besaran frekuensi suatu sinyal oleh sinyal yang lain. Hasilnya frekuensi sinyal yang dimodulasi berubah (naik-turun) sesuai dengan sinyal yang memodulasi. Yang ini banyak dilakukan pada frekuensi VHF keatas baik untuk komunikasi maupun hiburan. Meskipun demikian pada frekuensi yang lebih rendah pun seperti HF ada juga.
Yang kedua adalah modulasi fasa. Modulasi fasa yang dipengaruhi adalah fasa sinyalnya. Sistem ini mirip dengan modulasi frekuensi.
Yang ketiga adalah modulasi amplitudo. Sesuai namanya, sinyal yang dimodulasi dipengaruhi amplitudonya oleh sinyal lain. Kita bahas lebih dalah jenis modulasi ini karena sangat erat kaitannya dengan SSB.
Modulasi amplitudo (AM=Amplitudo Modulation) secara teknis sering disebut dengan Double Side Band Full Carrier (DSBFC). Ini karena dilihat dari spektrum frekuensinya sinyal AM terdiri dari tiga komponen yaitu sinyal pembawa (carrier), lower side band (LSB) dan upper side band (USB). Bentuk gelombang dan spektrum AM digambarkan seperti gambar2 berikut:
Spektrum AM:
Sinyal AM:
dimana:
Vam : Tegangan (sinyal) AM
ωc : 2.π.fc (frekuensi carrier dalam radian)
ωi : 2.π.fi (frekuensi sinyal pemodulasi, dalam radian)
ωc : amplitudo sinyal carrier
m : index modulasi (0 s/d 1)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa sinyal yang mengandung informasi (modulasi) yaitu LSB dan USB besarnya masing2 setengah dari besar sinyal carrier nya sendiri.
Pada BM2 :
Cos(ωit) . Cos (ωct) = 1/2 Cos (ωc - ωi)t + 1/2 Cos (ωc + ωi)t
Keluaran kedua balance modulator (BM1 dan BM2) dijumlahkan oleh sumer:
1/2 Cos (ωc - ωi)t
- 1/2 Cos (ωc + ωi)t + 1/2 Cos (ωc - ωi)t
+ 1/2 Cos (ωc + ωi)t
Hasilnya : 1/2 Cos (ωc - ωi)t + 1/2 Cos (ωc - ωi)t
atau sama dengan :
Cos (ωc - ωi)t
Persamaan ini adalah persamaan untuk Single Side Band modus Lower Side Band (ωc - ωi).
Setelah melalui filter tinggal :
1/2 cos ((ωs - ωi)t)
Pada BM1b sama seperti pada BM1a. Setelah melalui filter tinggal menyisakan:
1/2 Sin ((ωs - ωi)t)
Untuk menyederhanakan penulisan sudut maka sementara (ωs - ωi) ditulis vx, sehingga untuk kedua sinyal keluaran LPF ditulis :
1/2 cos ((ωx)t)
dan
1/2 Sin ((ωx)t)
Pada BM2b:
1/2 Sin (ωx)t) . Cos (ωc)t = 1/2[1/2[Sin (ωx + ωc)t + Sin (ωx - ωc)t]] = 1/4[Sin (ωx + ωc)t + Sin (ωx - ωc)t]
Setelah itu dijumlahkan didalam SUMER:
1/4[Sin (ωx + ωc)t -
Sin (ω x - ω c)t] + 1/4[Sin (ωx + ωc)t +
Sin (ωx - ωc)t]
Menjadi:
1/2.Sin (ωx + ωc)t
Karena ωx = (ωs - ωi)
Maka hasilnya:
1/2.Sin (ωs - ω i + ωc)t
Ini adalah fungsi sinyal LSB dimana frekuensi pembawanya sebesar ωs + ωc. Untuk mode USB sama seperti metode geser fasa, salah satu sinyalnya digeser fasanya 180o.
ω= 2.π.f
Saya pernah membuat SSB dengan metode ini.
Frekuensi Subcarrier sebesar 1650 Hz, Penggeser fasa untuk frekuensi ini saya gunakan LPF orde 2 dengan titik potong pada 1650 Hz. Pada titik potongnya fasa akan tergeser 90o. Pola Lissayous yang terbentuk dengan perbedaan sudut ini adalah lingkaran, bisa dilihat di osiloskop.
Osilator 1650 Hz bisa menggunakan jenis Wien Bridge.
Hasil keseluruhan cukup bagus.
Single Side Band kadang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia: jalur samping tunggal atau pita samping tunggal. Terjemahannya rasanya gak enak didengar terutama oleh kalangan breaker. Kita sebut saja SSB.
SSB merupakan salah satu cara modulasi sinyal audio kedalam sinyal pembawa atau radio. Cara modulasi ini berawal dari sistem amplitudo modulasi atau AM.
Modulasi (menurut saya) adalah salah satu cara mempengaruhi salah satu besaran besaran suatu sinyal. Jaman saya masih mau menuju tua dulu, dikenal ada yang namanya modulasi frekuensi, modulasi fasa dan modulasi amplitudo. Sesuai dengan namanya modulasi frekuensi merupakan upaya mempengaruhi besaran frekuensi suatu sinyal oleh sinyal yang lain. Hasilnya frekuensi sinyal yang dimodulasi berubah (naik-turun) sesuai dengan sinyal yang memodulasi. Yang ini banyak dilakukan pada frekuensi VHF keatas baik untuk komunikasi maupun hiburan. Meskipun demikian pada frekuensi yang lebih rendah pun seperti HF ada juga.
Yang kedua adalah modulasi fasa. Modulasi fasa yang dipengaruhi adalah fasa sinyalnya. Sistem ini mirip dengan modulasi frekuensi.
Yang ketiga adalah modulasi amplitudo. Sesuai namanya, sinyal yang dimodulasi dipengaruhi amplitudonya oleh sinyal lain. Kita bahas lebih dalah jenis modulasi ini karena sangat erat kaitannya dengan SSB.
Modulasi amplitudo (AM=Amplitudo Modulation) secara teknis sering disebut dengan Double Side Band Full Carrier (DSBFC). Ini karena dilihat dari spektrum frekuensinya sinyal AM terdiri dari tiga komponen yaitu sinyal pembawa (carrier), lower side band (LSB) dan upper side band (USB). Bentuk gelombang dan spektrum AM digambarkan seperti gambar2 berikut:
Spektrum AM:
Sinyal AM:
Gambar spektrum AM dijelaskan sebagai berikut:
Suatu sinyal yang berisi informasi dengan range frekuensi sampai dengan fi (digambarkan sebagai segitiga-sebelah kiri) dimodulasikan kedalam sinyal pembawa dengan frekuensi fc maka akan menghasilkan spektrum seperti gambar sebelah kanan. Dari gambar sebelah kanan terlihat bahwa sinyal AM terdiri dari 3 komponen yaitu fc-fi yang lebih dikenal sebagai lower side band (LSB), fc+fi atau upper side band (USB) dan fc (carrier) itu sendiri. Persamaan matematis sinyal AM menunjukkan hal itu, yaitu:
Vam =Vc.Sin(ωfc) + (m.Vc/2).Cos(ωc – ωi) – (m.Vc/2).Cos(ωc + ωi)
Suatu sinyal yang berisi informasi dengan range frekuensi sampai dengan fi (digambarkan sebagai segitiga-sebelah kiri) dimodulasikan kedalam sinyal pembawa dengan frekuensi fc maka akan menghasilkan spektrum seperti gambar sebelah kanan. Dari gambar sebelah kanan terlihat bahwa sinyal AM terdiri dari 3 komponen yaitu fc-fi yang lebih dikenal sebagai lower side band (LSB), fc+fi atau upper side band (USB) dan fc (carrier) itu sendiri. Persamaan matematis sinyal AM menunjukkan hal itu, yaitu:
Vam =Vc.Sin(ωfc) + (m.Vc/2).Cos(ωc – ωi) – (m.Vc/2).Cos(ωc + ωi)
dimana:
Vam : Tegangan (sinyal) AM
ωc : 2.π.fc (frekuensi carrier dalam radian)
ωi : 2.π.fi (frekuensi sinyal pemodulasi, dalam radian)
ωc : amplitudo sinyal carrier
m : index modulasi (0 s/d 1)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa sinyal yang mengandung informasi (modulasi) yaitu LSB dan USB besarnya masing2 setengah dari besar sinyal carrier nya sendiri.
Itu artinya sinyal yang mengandung informasi yaitu LSB dan USB besarnya
masing-masing setengah dari sinyal pembawanya sendiri yang tidak
memiliki informasi. Hal ini berarti sinyal AM sangat boros dalam hal
penggunaan dayanya. Disamping itu ada rentang frekuensi mulai dari fc-fi
sampai dengan fc+fi atau sebesar dua kali frekuensi pemodulasinya
(fekuensi informasinya). Ini juga boros dalam hal penggunaan spektrum
frekuensi.
Upaya yang dilakukan untuk itu adalah menekan atau membuang sinyal carriernya. Ini dikenal dengan Double Side Band Suppressed Carrier (DSBFC). Hasilnya berupa LSB dan USB yang dipancarkan bersama-sama.
Untuk membangkitkan DSBSC cukup sederhana yaitu cukup dengan menggunakan balance modulator atau ring modulator. Proses didalam balance modulator adalah mengalikan dua buah sinyal yaitu sinyal carrier dan sinyal informasi (pemodulasi). Secara matematis akan menghasilkan Vc.Cos(ωc – ωi) dan Vc.Cos(ωc + ωi). Dari persamaan ini terlihat bahwa hasilnya berupa dua buah frekuensi yaitu fc-fi atau LSB dan fc+fi atau USB.
Upaya yang dilakukan untuk itu adalah menekan atau membuang sinyal carriernya. Ini dikenal dengan Double Side Band Suppressed Carrier (DSBFC). Hasilnya berupa LSB dan USB yang dipancarkan bersama-sama.
Untuk membangkitkan DSBSC cukup sederhana yaitu cukup dengan menggunakan balance modulator atau ring modulator. Proses didalam balance modulator adalah mengalikan dua buah sinyal yaitu sinyal carrier dan sinyal informasi (pemodulasi). Secara matematis akan menghasilkan Vc.Cos(ωc – ωi) dan Vc.Cos(ωc + ωi). Dari persamaan ini terlihat bahwa hasilnya berupa dua buah frekuensi yaitu fc-fi atau LSB dan fc+fi atau USB.
Bentuk gelombang sinyal DSBFC seperti gambar berikut:
Bandingkan dengan bentuk gelombang AM.
Spektrum DSB-SC seperti gambar berikut.
Pada spektrum DSB-SC terlihat adanya LSB dan USB. Kedua side band ini
memiliki informasi yang sama yaitu fi. Hal ini tentu memboroskan
bandwidth disamping daya. Karena kedua informasinya sama antara LSB dan
USB maka timbul upaya salah satunya saja yang digunakan, LSB atau USB.
Sinyal yang hanya terdiri dari LSB atau USB ini disebut dengan single
side band (SSB).
Membangkitkan sinyal SSB terdapat 3 cara:
Membangkitkan sinyal SSB terdapat 3 cara:
- Metoda Filter
- Metoda geser fasa (phase shift methode) atau dikenal metoda Hartley
- Metoda ketiga (third methode) atau metoda Weaver
METODE FILTER
Metode ini paling sederhana dan paling mudah. Karena kesederhanaan dan kemudahannya maka metode ini paling banyak digunakan.
Metode ini menggunakan band pass filter dengan frekuensi centernya sebesar fc + 1650 kHz atau fc - 1650 kHz dan bandwidth (BW) 3300 kHz.
Filter yang digunakan dari jenis filter kristal. Untuk mendapatkan kecuraman filter yang tajam maka beberapa filter diseri. Selain filter kristal dapat juga menggunakan filter keramik. Yang umum digunakan adalah filter keramik 455 kHz yang biasanya digunakan sebagai filter IF.
Blok diagram metode filter sebagai berikut:
Metode ini paling sederhana dan paling mudah. Karena kesederhanaan dan kemudahannya maka metode ini paling banyak digunakan.
Metode ini menggunakan band pass filter dengan frekuensi centernya sebesar fc + 1650 kHz atau fc - 1650 kHz dan bandwidth (BW) 3300 kHz.
Filter yang digunakan dari jenis filter kristal. Untuk mendapatkan kecuraman filter yang tajam maka beberapa filter diseri. Selain filter kristal dapat juga menggunakan filter keramik. Yang umum digunakan adalah filter keramik 455 kHz yang biasanya digunakan sebagai filter IF.
Blok diagram metode filter sebagai berikut:
Dari diagram metode filter terlihat bahwa untuk menghasilkan LSB atau
USB maka dibutuhkan dua buah filter dengan frekuensi center nya pada fc -
1650 kHz untuk USB dan fc + 1650 kHz untuk LSB. Dalam prakteknya cukup
digunakan satu buah filter saja untuk membangkitkan LSB atau USB. Untuk
menghasilkan LSB atau USB yang diatur adalah frekuensi fc.
Pesawat CB menggunakan filter SSB (filter kristal) dengan frekuensi 10,695 MHz. Untuk mode LSB maka frekuensi fc sebesar 10.696,65 kHz dan untuk USB sebesar 10.693,35 kHz.
Pesawat CB menggunakan filter SSB (filter kristal) dengan frekuensi 10,695 MHz. Untuk mode LSB maka frekuensi fc sebesar 10.696,65 kHz dan untuk USB sebesar 10.693,35 kHz.
METODE GESER FASA (PHASE SHIFT)
Metode ini merupakan implementasi dari rumus-rumus trigonometri. Bagaimana suatu sinyal modulasi kemudian dimodulasikan kedalam sinyal yang lain bisa menghasilkan frekuensi lain yang merupakan penjumlahan atau pengurangan kedua frekuensi.
Metode ini merupakan implementasi dari rumus-rumus trigonometri. Bagaimana suatu sinyal modulasi kemudian dimodulasikan kedalam sinyal yang lain bisa menghasilkan frekuensi lain yang merupakan penjumlahan atau pengurangan kedua frekuensi.
Block diagram metode geser fasa sebagai berikut:
Metode ini menggunakan dua buah balance modulator. Dua buah penggeser fasa 900
masing-masing menggeser sinyal pembawa (Wc) dan sinyal pemodulasi (Wi).
Jika masing-masing sinyal pembawa dan pemodulasi (audio) mempunyai
fungsi Sin (Wc.t) dan Sin (Wi.t), maka keluaran dari masing-masing penggeser 900 adalah Cos (Wc.t) dan Cos (Wi.t).
Proses yang terjadi pada balance modulator 1 (BM1) sebagai berikut:
Sinyal pemodulasi (audio) Sin Wit dikalikan dengan sinyal pembawa Sin Wct:
Sin (ω it) . Sin (ωct) = 1/2 Cos (ωc - ωi)t - 1/2 Cos (ωc + ωi)t
Sinyal pemodulasi (audio) Sin Wit dikalikan dengan sinyal pembawa Sin Wct:
Sin (ω it) . Sin (ωct) = 1/2 Cos (ωc - ωi)t - 1/2 Cos (ωc + ωi)t
Pada BM2 :
Cos(ωit) . Cos (ωct) = 1/2 Cos (ωc - ωi)t + 1/2 Cos (ωc + ωi)t
Keluaran kedua balance modulator (BM1 dan BM2) dijumlahkan oleh sumer:
1/2 Cos (ωc - ωi)t
Hasilnya : 1/2 Cos (ωc - ωi)t + 1/2 Cos (ωc - ωi)t
atau sama dengan :
Cos (ωc - ωi)t
Persamaan ini adalah persamaan untuk Single Side Band modus Lower Side Band (ωc - ωi).
Untuk mendapatkan modus Upper Side Band (USB) maka sinyal pembawa (Wc) yang menuju BM1 digeser fasanya 180o
atau dibalik fasanya. Cara yang paling mudah adalah dengan membalik
masukan dari sinyal pembawa yang menuju BM1 dan BM2. Dengan cara
penjabaran yang sama dengandiatas maka pada keluaran SUMER didapatkan
USB denghan persamaan:
Cos (ωc + ωi)t
Cos (ωc + ωi)t
Membangkitkan SSB dengan cara geser fasa ini kelihatannya sangat mudah
tetapi dalam prakteknya terjadi masalah dengan penggeser fasa 90o untuk sinyal audio. Sulit sekali membuat penggeser fasa 90o
untuk range frekuensi yang lebar seperti frekuensi audio (vokal) yang
berkisar antara 300 - 3000 Hz (atau lebih). Untuk itu cara seperti ini
jarang digunakan.
Pernah majalah Elektron (saya lupa nomornya) memuat artikel disain dan konstruksi yaitu membuat alat anti feedback microphone yaitu dengan menggeser frekuensi audio sebesar 5 Hz. Dilihat dari caranya alat itu merupakan implementasi SSB metoda geser fasa dimana frekuensi pembawanya sebesar 5 Hz.
Pernah majalah Elektron (saya lupa nomornya) memuat artikel disain dan konstruksi yaitu membuat alat anti feedback microphone yaitu dengan menggeser frekuensi audio sebesar 5 Hz. Dilihat dari caranya alat itu merupakan implementasi SSB metoda geser fasa dimana frekuensi pembawanya sebesar 5 Hz.
METODE WEAVER (METODA KETIGA-THIRD METHOD)
Metode ini merupakan pengembangan dari metode geser fasa atau metode Hartley. Kesulitan pada metode geser fasa adalah pada penggeser fasa 90o sinyal audio. Tidak mudah menggeser fasa tetap 90o untuk semua frekuensi. Menggunakan rangkaian RC hanya berlaku untuk frekuensi yang tetap atau satu frekuensi.
Pada metode Weaver sinyal audio tidak digeser. Sebagai gantinya ada sinyal lain yaitu subcarrier yang frekuensinya tetap digeser 90o. Blok diagram metode ini sebagai berikut:
Metode ini merupakan pengembangan dari metode geser fasa atau metode Hartley. Kesulitan pada metode geser fasa adalah pada penggeser fasa 90o sinyal audio. Tidak mudah menggeser fasa tetap 90o untuk semua frekuensi. Menggunakan rangkaian RC hanya berlaku untuk frekuensi yang tetap atau satu frekuensi.
Pada metode Weaver sinyal audio tidak digeser. Sebagai gantinya ada sinyal lain yaitu subcarrier yang frekuensinya tetap digeser 90o. Blok diagram metode ini sebagai berikut:
Pada metode ini terdapat 4 balance modulator, dua buah generator atau
oscilator, satu frekuensi carrier dan satu lagi frekuensi sub carrier
yang masing-masing digeser fasanya sebesar 90o. Adanya dua
buah LPF digunakan untur memfilter USB keluaran BM1a dan BM1b. Jadi yang
tertinggal adalah LSB dengan fc nya sebesar frekuensi subcarrrier.
Proses yang terjadi pada sistem Weaver:
Pada BM1a terjadi perkalian kedua sinyal pemodulasi (Wi) dan SubCarrier (Ws):
Sin (ωs.t). Sin (ωi.t) = 1/2 [cos (ωs - ωi)t + cos (ωs + ωi)t]
Pada BM1a terjadi perkalian kedua sinyal pemodulasi (Wi) dan SubCarrier (Ws):
Sin (ωs.t). Sin (ωi.t) = 1/2 [cos (ωs - ωi)t + cos (ωs + ωi)t]
Setelah melalui filter tinggal :
1/2 cos ((ωs - ωi)t)
Pada BM1b sama seperti pada BM1a. Setelah melalui filter tinggal menyisakan:
1/2 Sin ((ωs - ωi)t)
Untuk menyederhanakan penulisan sudut maka sementara (ωs - ωi) ditulis vx, sehingga untuk kedua sinyal keluaran LPF ditulis :
1/2 cos ((ωx)t)
dan
1/2 Sin ((ωx)t)
Kedua sinyal ini masing-masing selanjutnya dikalikan di BM2a dan BM2b.
Pada BM2a:
1/2 cos (ωx)t) . Sin (ωc)t = 1/2[1/2[Sin (ωx + ωc)t - Sin (ωx - ωc)t]] = 1/4[Sin (ωx + ωc)t - Sin (ωx - ωc)t]
Pada BM2a:
1/2 cos (ωx)t) . Sin (ωc)t = 1/2[1/2[Sin (ωx + ωc)t - Sin (ωx - ωc)t]] = 1/4[Sin (ωx + ωc)t - Sin (ωx - ωc)t]
Pada BM2b:
1/2 Sin (ωx)t) . Cos (ωc)t = 1/2[1/2[Sin (ωx + ωc)t + Sin (ωx - ωc)t]] = 1/4[Sin (ωx + ωc)t + Sin (ωx - ωc)t]
Setelah itu dijumlahkan didalam SUMER:
1/4[Sin (ωx + ωc)t -
Menjadi:
1/2.Sin (ωx + ωc)t
Karena ωx = (ωs - ωi)
Maka hasilnya:
1/2.Sin (ωs - ω i + ωc)t
Ini adalah fungsi sinyal LSB dimana frekuensi pembawanya sebesar ωs + ωc. Untuk mode USB sama seperti metode geser fasa, salah satu sinyalnya digeser fasanya 180o.
ω= 2.π.f
Saya pernah membuat SSB dengan metode ini.
Frekuensi Subcarrier sebesar 1650 Hz, Penggeser fasa untuk frekuensi ini saya gunakan LPF orde 2 dengan titik potong pada 1650 Hz. Pada titik potongnya fasa akan tergeser 90o. Pola Lissayous yang terbentuk dengan perbedaan sudut ini adalah lingkaran, bisa dilihat di osiloskop.
Osilator 1650 Hz bisa menggunakan jenis Wien Bridge.
Hasil keseluruhan cukup bagus.
Monday, August 04, 2014
SISTEM DIGITAL: 2. ALJABAR BOOLEAN
Bilangan biner
adalah bilangan dengan dua lambang bilangan yaitu 0 dan 1. Dalam kehidupan
sehari-hari lambang ini bisa dianalogikan mati – hidup, padam – nyala, tinggi –
rendah, tiada – ada dan sebagainya. Kenapa dengan aljabar Boolean atau aljabar
Boole?. Aljabar Boole merupakan aljabar yang mengoperasikan kondisi (bukan
angka) 0 dan 1, kondisi mati – hidup, tiada – ada. Kondisi ini sesuai dengan
bilangan biner. Namun demikian dengan operasi kondisi 0 dan 1 ini bisa
“dimanipulasi” menjadi operasi biner, penjumlahan, pengurangan, perkalian
ataupun pembagian.
Dengan kondisi 0
dan satu maka dalam aljabar boolean lambang variabel ditulis misalnya dengan A,
B, C atau lambang huruf-huruf yang lain misalnya X, Y, Z. Karena hanya dikenal
dua kondisi maka jika tidak 0 adalah 1 dan jika tidak 1 adalah 0. Penulisan
didalam variabel jika tidak A maka A’ (atau A diberi garis pendek diatasnya).
Operasi boolean.
Operasi dasar
boolean ada 3 yaitu: AND, OR dan NOT. Maksud dari operasi tersebut adalah:
1. AND, dalam literasinya dilambangkan dengan dot. Adalah operasi pada
suatu fungsi dimana fungsi tersebut akan menghasilkan kondisi 1 jika semua
masukannya berkondisi 1, akan berkondisi 0 jika ada salah satu masukan atau
lebih berkondisi 0. Operasi ini mirip dengan operasi perkalian didalam
matematika. Contoh: Misalkan fungsi dengan masukan A dan B:
Maka
fungsi ditulis:
X
= A.B
Jika
A dan B bernilai 1 (mulai saat ini kita sebut nilai untuk menggantikan kondisi)
maka:
X =
1 . 1
X
= 1
Jika
salah satu A atau B bernilai 0 maka:
X
= 1 . 0
X
= 0
Penyebutan
AND untuk operasi ini karena kondisi yang disebutkan sebelumnya yaitu keluaran
akan bernilai 1 jika masukan A dan (AND) B bernilai 1.
2. OR dalam literasinya dilambangkan +. Bukan penjumlahan tetapi hampir
mirip dengan operasi penjumlahan dalam matematika. Operasi ini akan
menghasilkan nilai 1 jika salah satu atau lebih masukannya bernilai 1. Fungsi
OR ditulis:
X
= A + B
Jika
A = 0, B = 0 maka
X
= 0 + 0 = 0
Jika
A = 0, B = 1 maka
X
= 0 + 1 = 1
Jika
A = 1, B = 0 maka
X
= 1 + 0 = 1
Jika
A = 1 dan B = 1 maka
X
= 1 + 1 = 1
3. NOT merupakan operasi kebalikan dari suati nilai. Kebalikan dari nilai
0 adalah 1, kebalikan nilai 1 adalah 0. Literasi operasi ini biasanya ditulis
dengan nama variabel yang diberi garis pendek pada bagian atas variabel
tersebut (sulit menulis dengan MS Word memberi tanda garis diatasnya), atau
diberi tanda satu aksen (‘). Misalnya NOT A ditulis A’, NOT B ditulis B’. Jika
ditulis NOT dua kali maka akan mengembalikan kepada nilai awalnya. Contoh:
Jika
A = 0 maka
A’
= 1
A’’
= 0
Jika
A = 1 maka
A’
= 0
A’’
= 1
Disamping ketiga operasi dasar tersebut masih
ada operasi yang lain misalnya Exclusive OR atau sering disebut XOR. Dilain
bagian akan coba saya bahas.
Tabel kebenaran (truth table)
Tabel kebenaran
merupakan suatu tabel yang menggambarkan hubungan nilai pada masukan suatu
fungsi Boolean dengan keluarannya. Pada pembahasan operasi boolean secara tidak
sadar kita sudah mempunyai tabel kebenaran.
Tabel kebenaran
untuk AND dengan dua masukan A, B dan keluaran X:
A
|
B
|
X=A.B
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
Tabel kebenaran
untuk OR dengan dua masukan A, B dan keluaran X:
A
|
B
|
X=A+B
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Tabel kebenaran
untuk NOT dengan masukan A dan keluaran X:
A
|
X=A’
|
0
|
1
|
1
|
0
|
Hukum Boolean
Hukum dasar Boolean
menggambarkan kondisi dimana kondisi tersebut akan pasti terjadi. Kejadian ini
bisa ditelaah melalui operasi boolean ataupun dengan menggunakan tabel
kebenaran.
a. Hukum Komutatif
A
+ B = B + A
A
. B = B . A
b. Hukum Asosiatif
(A
+ B) + C = A + (B + C)
(A
. B) . C = A . (B . C)
c. Hukum Distributif
A
. (B + C) = A . B + A . C
A
+ (B . C) = (A + B) . (A + C)
d. Hukum Identitas
A
+ A = A
A
. A = A
e. Hukum Negasi
(A)
= A
A’’
= A
f.
Hukum Redundan
A
+ A . B = A
A
. (A + B) = A
g. Hukum Identitas
A
+ A’ = 1
A
. A’ = 0
0
+ A = A
1
. A = A
0
. A = 0
A
+ A . B = A + B
h. Teorema De Morgan
(
A + B )’ = A’ . B’
( A
. B)’ = A’ + B’
Subscribe to:
Posts (Atom)