Thursday, December 29, 2016

Masih Tetangga Yang Baikkah Singapura?

Ini pengalaman tidak menyenangkan ketika berkunjung ke Singapura pada 9-10 Desember 2016.

Saya sudah berkali-kali pergi ke Singapura. Pertama tahun 1997, 2003, 2009, 2013 dan terakhir sebelum yang sekarang Oktober 2015. Selama ini tidak pernah ada masalah dengan imigrasi. Namun yang terjadi sekarang benar-benar sangat mengecewakan.

Perjalanan ke Johor Bahru dari Surabaya pada 8 Desember 2016. Landing di Johor Bahru sampai chek in di Imigrasi tidak ada masalah. Benar-benar negara tetangga yang baik. Seharian berada di Johor Bahru menghabiskan waktu dengan mengunjungi adik yang sudah 18 tahun tinggal disana. Dia tetap WNI menikah dengan warga negara Malaysia dan sudah memiliki putri yang sangat cantik.

Setelah seharian berada di Johor Bahru, tanggal 9 Desember 2016 kami menyeberang ke Singapura melalui Woodland. Masalah mulai terjadi. Di Counter imigrasi Singapura kami ditahan dan diperintahkan untuk menghadap di kantor imigrasi (kalau tidak salah lantai 5) untuk diintrogasi. Kepada petugas counter kami menanyakan kenapa kami harus ke kantor. Pertama petugas tidak mau menjelaskan. Setelah saya desak barulah petugas mengatakan bahwa Indonesia akan ngebom Singapura. Cerita apa ini, selama ini tidak pernah mendengar Indonesia akan ngebom.

Kami masuk kantor imigrasi di lantai 5. Ternyata disana sudah berkumpul puluhan orang yang semuanya dari Indonesia termasuk keluarga saya. HANYA WNI YANG DIINTROGASI. Sedangkan adik saya tidak terlihat disitu meskipun masih WNI. Ternyata dia tidak diminta menghadap kekantor imigrasi karena sudah berdomisili di Malaysia. Pemeriksaan terhadap WNI maskipun biasa-biasa saja tetapi sangat menjengkelkan. Seakan-akan WNI sangat tidak bermartabat disini. Pertanyaan mulai dari dari mana, tujuan bawa uang berapa sampai petugas meminta KTP dan SIM. Saya sempat bertanya ada urusan apa dengan KTP dan SIM. Mereka hanya bilang hanya pemeriksaan rutin saja, tidak ada apa-apa. OK saya menerima. Selesai introgasi menunggu sampai paspor di stempel cukup lama. Setelah selesai total waktu sejak mengantri di counter imigrasi sampai saya selesai diintrogasi butuh waktu lebih dari 3 jam. Ya, 3 jam yang sia-sia. Rencana akan melaksanakan sholat Jum'at di Litle India gagal karena pada saat jam sholat saya masih di imigrasi Woodland.

Kembali ke Johor Bahru malam harinya. Karena hari pertama di Singapura terkendala dengan imigrasi yang memakan waktu cukup lama, maka 10 Desember 2016 kami putuskan kembali ke Singapura. Rencananya akan ke Pulau Sentosa dan Orchad Road sambil berharap pemeriksaan dan introgasi pada hari sebelumnya sudah cukup.

Ternyata perkiraan saya meleset. Keluarga saya lolos pemeriksaan namun untuk laki-laki kembali menghadapi masalah seperti sebelumnya. Kali ini butuh waktu lebih lama. Sama seperti sebelumnya, pertanyaan berkisar itu-itu saja. Kembali saya tanyakan ada apa sebenarnya dengan Indonesia. Tetap saja mereka tidak memberi penjelasan. hanya pemeriksaan rutin. Keluar dari pemeriksaan imigrasi total waktu tidak kurang dari 4 jam. Karena sudah jengkel dengan Singapura maka sesampai di Stasiun MRT Kranji saya dan keluarga langsung kembali ke Johor Bahru.

Inilah benar-benar liburan ke Singapura yang sangat mengecewakan. Masihkah Singapura menjadi tetangga yang baik? Bukankan pulau Singapura bisa mengapung adalah berkat uang dari Indonesia yang dibawa kesana???