Monday, April 17, 2023

Menghitung Dan Membuat LC

Dalam membuat rangkaian peralatan radio sering sekali bahkan mutlak kita dihadapkan dengan adanya komponen berupa trafo frekuensi tinggi seperti trafo IF FM (10,7 MHz). Kesulitannya adalah di era sekarang ini tidaklah mudah mendapatkan trafo IF tersebut di pasaran. Selain trafo IF 10,7 MHz juga trafo penala misalnya 10 MHz, 11 MHz ataupun 27 MHz.

Trafo-trafo ini memang tidak dijual di pasaran dan harus dibuat sendiri. Yang tersedia di pasaran adalah koker. Yang banyak dijual adalah yang diameter 8mm. Namun kadang juga masih ada yang menjual diameter 5mm.

Skema-skema yang didapat oleh penggemar radio biasanya diberikan  petunjuk bagaimana membuat lilitannya, jumlah lilitan, diameter kawat dan sebagainya dan dikhususkan untuk skema tersebut. Bagaimana jika kita yang mendisain rangkaian sendiri?

Bagi yang ingin mendesain sendiri lilitannya sebenarnya sangat mudah menghitung jumlah lilitan dengan koker dan kawat yang tersedia. Untuk menghitung induktor bisa menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut:


 

Dimana

L = nilai induktansi (uH)

a = diamater lilitan (diameter koker) dalam mm

b = panjang lilitan (dalam mm)

Untuk mencari nilai L yang dibutuhkan tentunya kita harus mengetahui frekuensi dan besar kapasitornya. Penjabaran rumus untuk mencari nilai L berawal dari rumus frekuensi resonansi yaitu terjadi resonansi ketika reaktansi induktif sama dengan reaktansi kapasitif.

XL = XC

Dimana:

XL = 2.π.f.L

XC = 1/(2.π.f.C)

XL dan XC dalam Ohm (abaikan satuan ini)

f dalam Hz

L dalam Henry (H)

C dalam Farad (F)

Dengan demikian maka

2.π.F.L = 1/(2.π.f.C)

Maka nilai L:

L = 1/(4.π2.f2.C)

Maka didapat

L = 0.025330296/f2.C

Jika diinginkan L dalam uH, C dalam uF dan F dalam MHz maka rumus tersebut menjadi:

Dengan rumus ini kita dapat menghitung berapa kebutuhan nilai induktor.

Jika nilai induktor sudah diketahui maka jumlah lilitan, diameter kawat dan diameter koker dapat dihitung dengan menggunakan rumus pertama.

Yang perlu diperhatikan adalah jika koker menggunakan inti ferit maka harus diperhatikan nilai permeabilitasnya. Nilai permeabilitas ini menjadi faktor kali induktor yang dibuat. Pengalaman saya faktor kali sekitar 2 atau 2,5. Maka dengan demikian nilai induktor yang didapat dari rumus terakhir harus dibagi 2 atau 2,5.

Contoh

Kita akan membuat IF Trafo 10,7 MHz. Koker ferit tersedia (a) 8mm, diameter kawat (k) 0,2mm. Kapasitor 100pF. Kawat digulung rapat.

Perhitungan:

Tentukan dulu kebutuhan L dengan menggunakan rumus 2. 

         


L = 2,21 uH

Jika lilitan menggunakan ferit maka kita harus menghitung lilitan tanpa ferit. Seperti dijelaskan diatas jika menggunakan ferit maka lilitan tanpa ferit harus dibagi dengan permeabilitas yaitu 2 - 2,5.

Saya contohkan menggunakan 2,5, maka nilai L tanpa ferit yang harus dibuat adalah:

L = 2,21/2,5 uH

L = 0,88 uH

 Jika kawat digulung rapat maka panjang lilitan pada rumus 1:

b = n.k

Substitusi ke rumus 1 maka:


Dengan menguraikan rumus tersebut diatas maka didapat persamaan kuadrat:

a2.n2 - 10.k.L.n - 9.a.L = 0

dimana :

                a = diameter lilitan atau diameter koker (mm)

                b = panjang lilitan (mm)

                k = diameter kawat (mm)

                L = nilai induktansi (uH)

Setelah mendapat rumus ini maka penyelesaian nilai n atau jumlah lilitan diselesaikan dengan rumus ABC seperti kita pelajari saat masih di SMP.

                


Karena nilai n2 bernilai negative maka diambil nilai positifnya yaitu n1, maka:               



dimana :

A = a2

B = -10.k.L

C = -9.a.L

Maka didapat:

                


Masukkan nilai-nilai frekuensi, L, diameter koker dan diameter kawat, maka didapat jumlah lilitan sebanyak:

                n = 8,85 lilit, atau dibulatkan menjadi 9 lilit rapat.

Kesimpulan:

Frekuensi : 10,7 MHz

Diameter koker ferit (a) : 8mm

Diameter kawat (k) : 0,2mm

Kapasitor (c) : 100pF

Kawat digulung rapat

Jumlah lilitan 9 lilit

Perhitungan ini juga saya gunakan untuk membuat lilitan untuk frekuensi 37 MHz, hasilnya masih presisi.

Semoga bisa membantu


Wednesday, April 12, 2023

Dialog Masalah Ketuhanan Yesus (hari 10)

SAMBUTAN PADA MALAM SELAMATAN


SDR. ANTONIUS MUSLIM WIDURI

Ass. Wr. Wb.

Bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan saudara-saudara yang kami muliakan, saudara-saudara yang telah ikut serta menyaksikan pertemuan (diskusi) antara bapak Kyai Bahaudin Mudhari dengan kami, antara seorang Islam dan Kristen Roma Katolik yang telah berlangsung selama beberapa malam yang diakhiri masuknya saya dalam agama Islam, ajaran agama Allah SWT. Yang Maha Tunggal, menjadi penganut ajaran Nabi Muhammad SAW, maka dengan ini kami menyatakan syukur ke hadirat Allah SWT. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada bapak Kyai Bahaudin Mudhary yang memberikan waktunya selama beberapa malam, yang membawa manfaat kepada kita bersama.

Disamping itu kami harus mengakui pula, selama diskusi berlangsung dengan tertib dan lancar, kami merasa kagum atas keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari bapak Kyai Bahaudin Mudhary.

Kagum kami rasakan oleh karena beliau hafal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel dan logika yang digunakan oleh beliau adalah logika debat, jujur dan obyektif dan didikuti pula penjelasan-penjelasan ilmiah yang kesemuanya itu tak mungkin ditolak oleh akal dan jiwa yang sadar untuk membuktikan kesadaran lahir dan batin, mengetuk dan membuka jiwa kami dan akhirnya membawa keyakinan kami kepada agama Islam.

Saudara-saudara menyaksikan sendiri, bahwa kami menjadi pemeluk dan penganut agama islam, adalah bukan karena paksaan, bukan karena pengaruh dari dari siapapun, bukan karena tekanan, bukan karena keadaan, bukan karena ada maksud yang lain dan bukan karena ajakan, diminta atau meminta, melainkan adalah dari hasil pertemuan, pertumbuhan dari hasil diskusi dengan tujuan mencari kebenaran dan keyakinan beragama.

Kebenaran dan keyakinan beragama yang kami miliki sekarang ini, adalah hasil dari penelitian dan penyelidikan serta pertimbangan-pertimbangan dari hasil diskusi yang menggunakan waktu tidak sedikit berlangsung beberapa malam lamanya. Dan disamping itu pula kami menggunakan kitab-kitab agama maupun kitab-kitab lainnya dan majalah-majalah yang senantiasa memuat artikel-artikel tentang agama Kristen, yang ikut membantu kami dalam meneliti ajaran ajaran agama Islam, bukan karena ikut-ikutan melainkan dengan penyelidikan,penelitian dan pertimbangan-pertimbangan dengan mempergunakan waktu yang tidak sedikit sebagaimana saudara-saudara telah menyaksikan sendiri. Malah bagi saudara-saudara yang mengikuti “diskusi” dari muali sampai pada malam ini, saudara-saudara menyaksikan sendiri betapa gigihnya kami mempertahanakan keyakinan kami selaku pemeluk agama Kristen Roma Katolik dalam pertemuan itu. Namun kegigihan kami itu lama-lama menjadi pudar setelah dikikis sedikit demi sedikit oleh bapak Kyai Bahaudin Mudhary. Beliau hanya menggunakan kitab Bibel untuk menghadapi sanggahan-sanggahan kami. Namun akhirnya kami sendiri yang menyerah. Tidak salah kalau beliau pernah menyinggung dengan ucapan “senjata makan tuan.” Kami akhiri sampai disini saja dan selanjutnya kami mohon dengan hormat, sudi bapak-bapak dan saudara-saudara memberikan bimbingan kepada kami yang masih hijau dalam ajaran-ajaran Islam.

Dengan bimbingan bapak-bapak dan saudara-saudara itu pasti akan membawa kami menjadi pemeluk agama Islam yang setia, taat, taqwa sehingga kelak dihadapkan Alloh SWT.

Sekali lagi kami menghaturkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



SAMBUTAN H. BAHAUDIN MUDHARY

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Saudara-saudara, Kami bersyukur kehadirat Alloh SWT. diikuti panjatan do’a semoga saudara Antonius Muslim Widuri selaku pemeluk Islam menambah ilmu pengetahuan tentang keislaman sehingga dapat juga ikut serta melakukan da’wah Islamiyah di kemudian hari.

Kami menyatakan terima kasih kepada:

Saudara Markan dengan keikhlasannya mendampingi saudara Antonius Muslim Widuri memberikan penjelasan-penjelasan selama diskusi berlangsung. Dan disamping itu, saudara Markan dengan foto tustelnya telah mengabadikan diskusi ini selaku kenang-kenangan.

Saudara Abd. Latif, Stenograf berijazah, yang telah mencatat, membuat weslag, naskah,sejak dari mula pertama kali hingga diskusi ini berakhir.

Saudara Suroto yang memberikan bantuannya berupa tape recorder.

Saudara-saudara pengurus Yayasan Pesantren Sumenep dan saudara-saudara yang telah menyaksikan walaupun diskusi ini sengaja kami tidak dengan undangan malah oleh kami direncanakan dengan cara bersembunyi (tertutup), hanya pertemuan biasa pribadi dengan pribadi saja, akan tetapi oleh karena saudara-saudara mungkin mendengar selentingan kabar lalu ingin menyaksikan. Syukur diskusi ini berlangsung dengan lancar dan tertib, disebabkan bantuan saudara-saudara.

Saudara A. Zainudin dengan ikhlas telah menyediakan tempat dan sekedar penawar haus.

Saudara A. Rofiq dan saudara Muhd. Nawir Rasyidi dengan ikhlas pula telah menyediakan santapan sekedar selamatan.

Semoga amal-amal saudara yang kami sebutkan, dikaruniai ganti lipat ganda dari Alloh SWT. Amin.!

Saudara-saudara, perasaan kami sulit dilukiskan dengan kata-kata, namun perasaan itu tetap tinggal di dalam badan rasa (gevolehslichaam) tak mungkin lenyap dan dilenyapkan.

Saudara-saudara, merubah kepercayaan, merubah keyakinan hidup seseorang bukan pekerjaan enteng. Akan tetapi bukan pekerjaan mustahil untuk diusahakan. Karena yang mustahil itu tidak mesti mustahil untuk mencapai hasil yang diinginkan. Akan tetapi usaha semacam itu membutuhkan tidak sedikit ketabahan dan kesabaran,tidak sedikit energi, tidak sedikit pengorbanan perasaan dan waktu. Sebab usaha dalam hal itu Alloh melarang paksaan, namun Alloh SWT. selalu menganugrahkan karunia dan petunjukNya atas hamba yang dikehendakiNya.

Selanjutnya kita harus selalu menyadari untuk memupuk toleransi agama. Kita tidak mempersoalkan “mayoritas” atau “minoritas” di bidang agama, melainkan peranan kita ialah di bidang “dakwah” dengan segala macam corak dan bentuk yang dibenarkan oleh hukum yang berlaku.

Setiap individu masyarakat, bangsa yang memperuncing perbedaan agama dalam lingkungan maupun di dalam negara, akan senantiasa mengalami kesulitan didalam seluruh bangsa itu sendiri.

Dulu Pemerintah kolonial Belanda sangat meperhatikan toleransi, sehingga ke daerah yang kuat keislamannya, pemerintah Kolonial tidak memberikan izin masuk agama Kristen baik Katolik maupun Protestan, padahal Ratu Belanda adalah Protestan dan Pemerintah Belanda kerap kali dipegang oleh orang Katolik. Presiden Soeharto (ketika masih menjabat Presiden) dalam pidato kenegaraan pada tgl 17 Agustus 1967 antara lain beliau berkata: “Bangsa Indonesia sungguh-sungguh merasa bahagia,bahwa kita mempunyai tradisi yang baik mengenai toleransi agama ini.”

Semoga dicukupkan sekedar sambutan kami ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.


SURAT PENGAKUAN

Kami pembuat surat pengakuan ini,

Bernama: Antonius Widuri

Kelahiran: Yogja

Umur : 30 tahun (1970)

Agama: Kristen

Sejak tanggal 9 Maret 1970 sampai dengan 18 Maret 1970 (selama waktu 9 malam) terus-menerus, atas kemauan sendiri kami telah bersoal-jawab (berdiskusi) dengan bapak Kyai Bahaudin Mudhary, guru pesantren di Sumenep (Madura), maka dengan ini kami menyatakan dengan ikhlas, mulai tanggal 18 Maret 1970, kami telah berpindah agama dari penganut agama Kristen Roma Katolik menjadi penganut agama Islam dengan mengucapkan kalimat Syahadat:

“Asyhadu Alla Ilaaha Illallahu, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah ” (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Alloh, dan saya mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh)

Pengakuan, dan kepindahan kami dari penganut agama Kristen Roma Katolik menjadi pemeluk agama Islam kami nyatakan sebenarmya dengan rasa penuh keikhlasan dan kesadaran lahir batin, tanpa ada paksaan maupun pengaruh dari siapapun, melainkan dari hasil penelitian dan pertimbangan yang menimbulkan keikhlasan, setelah bersoal-jawab yang cukup memuaskan, disamping menelaah buku-buku agama Islam dan majalah Islam.

Semoga Alloh SWT. memberikan taufik dan petunjuknya atas kami dalam mengamalkan perintah-perintah dan ajaran-ajaran agama Islam.

Yang meng-Islam-kan Sumenep, tgl 18 Maret 1970

Kami yang membuat pengakuan

( Kyai Bahaudin Mudhary )( Antonius Muslim Widuri )


Saksi:


A. Marzuki

Muh. Nawir Rasyidi

Abd. Latif

M. Ahya

Muh. Hatta

M. Markan

R.H. Abd. Azis

A. Zainuddin.


PERJALANAN ROHANI ANTONIUS MUSLIM WIDURI


Sebagaimana yang dia tuturkan pada Editor (waktu tidak disebutkan dalam buku).

Setelah kesaksianku bahwa tiada tuhan yang haq disembah selain Alloh, dan Muhammad adalah RasulNya, kesan yang teramat dalam menyapa rohaniku. Saya semakin yakin akan kebenaran Islam. Semakin pasrah tiada tugas yang dapat terselesaikan selain atas ridhoNya jua.

Sebelum menjadi muslim, saya sering dihantui perasaan ragu, kurang puas dan bimbang, sehingga membuatku mengambang dan kecewa. Tak ada target yang terarah apalagi kokoh. Ibarat orang mandi yang tidak merata airnya, hingga tidak mendapatkan kesegaran. Siraman rohani keislaman menjadikan saya dan keluarga benar-benar merasakan kenikmatan dan kemantapan hidup. Segala persoalan dan ganjalan kehidupan yang dulunya tidak teratasi, seakan lenyap dan mudah, lantaran mendapat ridho Alloh SWT. Saya selalu teringat pesan Bapak Kyai Bahaudin (almarhum) yang menganjurkan padaku untuk terus meningkatkan ilmu keislaman sekaligus berdakwah dengannya, agar amal-amalku senantiasa meningkat pula. Beliau nasihatkan itu kepadaku dengan penuh kasih sayang hingga membuatku begitu terharu dan merasakan kehangatannya, seakan saya sebagai anaknya. Oleh karena itu, betapa saya merasa sangat kehilangan sepeninggal Beliau. Rasanya tidak ada lagi tenpat untuk bertanya, yang mampu memberikan jawaban yang teduh dan pas.

Ada banyak nasehat dan pesan-pesan yang disampaikan oleh bapak Kyai Bahaudin kepadaku yang hingga kini masih terngiang-ngiang ditelingaku. Akan tetapi ada satu pesan dari Kyai Bahaudin yang hingga kini masih saya amalkan yaitu sholat tahajjud di malam hari. Setelah saya benar-benar istiqomah (selalu) denganNya, rasanya amaliah yang satu ini tumbuh menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Alhasil, semua itu ikut membekali ketenangan dan kedamaian hidup saya.

Sungguh kedamaian itu saya terima dan saya nikmati sebagai karunia yang begitu agung dalam kehidupanku. Tanpa terasa, kiranya saya telah membuktikan janji Alloh dalam firmanNya:

“Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS,Al-Isra:79)

Semakin dalam agama Islam saya masuki, semakin meyakinkan padaku bahwa Islam agama yang maha sempurna, tidak satupun agama lain yang memiliki hal serupa. Contoh kecil, dengan hadirnya doa-doa dalam detik-detik kehidupan, sesederhana apapun, semua dibahas dan diajarkan. Dari doa berkumpul (suami istri), saat bangun tidur, hingga pada setiap aktifitas kerja lainnya.

Akhirnya, saya sikapi hidup ini dengan ikhlas dan berpasrah dengan ridhoNya. Tugas sehari-hari kami di kantor yang cukup melelahkanpun bisa terselesaikan dengan sukses dan memuaskan.


Sungguh, saya telah mencermati Islam dan merasakan adanya perpautan kental antara akal dengan kedalaman rasa di hati, perpaduan usaha denga takdir dan keserasian antara fikir dengan zikir.

Alhamdulillah.


RIWAYAT HIDUP KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY
(1920-1979)

Lahir di Sumenep 23 April 1920 dan berpulang ke Rahmatullah 4 Desember 1979 di Surabaya. Meski ia belum pernah mereguk pendidikan alam pesantren, namun kadar kebesarannya berangkat dari benih pengaruh kuat ayahandanya –KH. Ahmad Sufhansa Mudhary– yang ulama dan teman berbincang dari kakaknya alm. K.H. Abdul Hamid Mudhary, yang sama sekali tidak pernah mengenyam sekolah formal ataupun Pesantren, kecuali berkhidmat kepada ayahandanya saja. Alhasil, beliaupun mampu mereguk ilmu keislaman disamping mahir bahasa Arab, Belanda dan Jepang.

Jabatan yang pernah diembannya antara lain, Komandan Sudanco, Ketua Muhammadiyah, Ketua Masyumi, Wedana di Bangkalan serta ketua Perserikatan Muslim Tionghoa di Madura (sekarang PITI).

Almarhum dalam kesehariannya sangat sederhana lagi bersahaja. Ia juga humoris dengan petuah yang penuh warna “parigan” (sesemon Madura). Ada pesan menjelang akhir hayatnya yang hingga kini menjadi pegangan putra dan cucu-cucunya; “Jangan sesekali meninggalkan sholat, selalu rukun dan memelihara tali silaturahim serta jangan berebut harta pusaka, usahakan setiap malam sholat lail (tahajjud).”

Seusai menamatkan Kweek School Muhammadiyah di Yogjakarta tahun 1940, tokoh ulama jawa timur ini terus menimba ilmu sambil menekuni buku literatur berbahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Cina dan Jepang, teristimewa yang erat kaitannya dengan filsafat dan kerohanian.

Ulama ahli metafisika yang memiliki “kasyf” tersebut juga amat terampil memafhumi hampir seluruh alat musik mulai petik,gesek, tiup sampai tuts piano. Muasal kelangkaan ilmunya, alhasil orang menyebut “Tera Ta Adamar” (bhs Madura) bermakna benderang tanpa pelita, lantaran bertumpu pijak yang berkhidmat pada ladang spiritual terutama ibadah sholat sebagai mi’rajnya kaum muslimin menuju titik sumbu Rabbul Izzati. Itulah sebabnya hakikat ilmu letaknya bukan di kepala tetapi di hati.

Semasa hayatnya diamalkan untuk pendidikan dan dakwah Islamiyah. Tahun 1947 memangku sebagai Komandan Resimen Hizbullah, dua tahun kemudian mendirikan Yayasan Pesantren Sumenep. Selama perjuangan fisik bersama-sama rekan-rekannya setahun lebih meringkuk di Penjara Kalisosok Surabaya. Berikutnya tahun 1954 Ketua Muhammadiyah cabang Sumenep, Kepala SMA Yayasan Pesantren, mengajar bahasa Jerman dan Perancis di SMA Sumenep sekitar tahun 1960-1965 serta dosen di IKIP Negeri dan pernah mendirikan Akademi Metafisika. Hingga akhir hayatnya, selain mengasuh Pesantren Kepanjin Sumenep juga menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, Ketua Umum GUPPI Jawa Timur, Ketua MUI Jawa Timur dan anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur. Banyak buah penanya, senantiasa mewarnai langgam kehidupan rohaninya yang mapan.