Untuk memahami jenis2 amplifier sebaiknya
dilihat dulu historisnya.
Jaman dulu saat masih belum ada solid state
(transistor) amplifier menggunakan tabung katoda. Amplifier dengan tabung
umumnya disusun pushpull. Karena tegangan yang digunakan cukup tinggi berkisar
300 Volt maka impedansi keluaran amplifier tabung sangat tinggi. Untuk itu
diperlukan penyesuai impedansi dari ratusan ohm menjadi 8 ohm. Penyesuai impedansi
menggunakan trafo output. Trafo juga berfungsi sebagai isolasi tegangan,
maksudnya tidak nyetrum.
Setelah diketemukan transistor amplifier
menggunakan trafo masih ada. Radio2 transistor jadul menggunakan trafo seperti
pada amplifier tabung. Antara pre amp dengan penguat akhir disisipkan trafo
input. Yang terkenal saat itu trafo dengan tipe IT191, untuk output menggunakan
trafo tipe OT240. Ada juga yang lebih besar, tipenya OT191.
Akhir 60an sampai decade 70an berkembang
amplifier OTL atau output transformer less. Amplifier ini sama sekali tidak
menggunakan trafo pada input dan outputnya. Sebagai gantinya menggunakan
kapasitor. Transistor yang terkenal saat itu atau paling banyak digunakan untuk
powernya adalah tipe 2SB337. Perkembangan ini untuk merespon bahwa amplifier
dengan trafo pada frekuensi rendah atau bass responnya kurang bagus.
Akhir decade 70an mulai dikembangkan apa yang
namanya OCL atau output capacitor less. Saat itu kalangan audiophile merasakan
bahwa respon nada rendah dibawah 50 Hz kurang bagus. Yang jadi terdakwa adalah
kapasitor output. Maka kapasitor tersebut dihilangkan. Terbitlah yang namanya
OCL. Pada saat itu OCL disebut juga DC amplifier atau direct couple amplifier,
maksudnya tidak ada kopling antara rangkaian penguat dengan speaker maupun
rangkaian input dengan source. Dengan menghilangkan kapasitor tersebut
didapatkan respon yang lebih bagus pada frekuensi rendah, bahkan pada frekuensi
dibawah 20 Hz masih bagus. Ini yang diminati oleh kalangan audiophile.
Yang membedakan antara OTL dengan OCL selain
kopling kapasitor adalah sistem tegangannya. Pada OTL level tegangan pada
penguat akhir hanya satu yaitu 0 dan +V saja, sedangkan pada OCL menggunakan
dua level tegangan yaitu 0, -V dan +V.
Awal 80an mobil-mobil banyak yang sudah
menggunakan sistem audio. Jangan dibayangkan sistem audio seperti sekarang ini.
Masih sederhana yaitu tape-radio mobil, amplifier yang kadang-kadang dilengkapi
dengan equalizer. Supply tegangannya menggunakan aki mobil yaitu 12 V. Dengan
tegangan yang hanya 12 V maka sulit untuk mendapatkan daya yang besar. Hitung2 dengan
speaker 8 ohm maksimum hanya 18 W rms, atau dengan 4 ohm tidak lebig 36 W rms.
Itupun nggak mungkin tercapai. Bisa mendekati tapi output akan mengalami
kliping. Untuk itu dikembangkan sistem BTL atau bridge transformer less, yaitu
memberikan sinyal pada speaker dengan besaran yang sama tetapi dengan polaritas
yang dibalik atau digeser 1800.
Cara ini BTL ini menghubungkan output dua buah
amplifier yang identik ke masing-masing terminal speaker + dan - tetapi input
salah satu amplifier diberi fasa yang terbalik. Secara teori dengan cara ini
akan didapatkan daya output sampai 4 kali lipatnya. Dengan 8 ohm akan didapat
daya 72 Watt rms atau 144 Watt rms pada beban 4 ohm. Tapi prakteknya tidak bisa
didapat daya sebesar itu. Karena adanya rugi-rugi pada rangkaian paling besar
akan didapat 2,5 kalinya.
Perkembangannya sistem BTL ini sampai sekarang
masih dipergunakan untuk mendapatkan daya besar. Tercatat ada power amplifier
merk Peavey yang menyediakan trafo pembalik fasa pada bagian inputnya.